Tradisi manggalangan durian
Menunggu durian masak jatuh dari pohonnya.
Manggalangan durian sudah menjadi tradisi yang mengakar di
masyarakat Siberakun dan desa lainnya. Kebiasaan ini memang unik. Mulai dari
system dan teknisnya. Karena memang tidak semua Kepala Keluarga memiliki kebun
durian, maka mereka memohon kepada yang punya untuk mendapatkan giliran menjaga
durian si yang punya. Mulai dari kerabat sampai yang tidak punya hubungan
keluarga pun mendapat giliran. Begitulah tradisi manggalangan durian di
Siberakun. Cukup sosialis bukan?
Seperti yang kita kenal,dulu,ada
istilah durian Tino Kolang (baca cerita Tino Kolang di tulisan berikutnya).
Tino kolang memiliki sejumlah pohon durian di sekitar rumahnya dan tempat lain
seperti di Lokuak Sadia. Semua pohon durian yang dimilikinya sekitar 10 pohon.
Ditempat yang sama, masih ada
pohon durian lain yang dimiliki oleh orang yang berbeda, namun secara social,
masih memiliki hubungan kekeluargaan yang cukup dekat sehingga wajar kita tidak
akan menemukan batas pagar (baca pagaran.red) antara lahan yang dimiliki oleh
Tino Kolang dengan yang lain (baca Tino Umi cs-nenek penulis.red).
Kembali ke masalah durian,
diantara sejumlah durian tersebut ada yang diberi nama berdasarkan tempat
tumbuh atau sesuai keadaan buah durian tersebut misalnya durian kunik-durian
yang isinya seperti warna kunyit yang berbentuk bulat. Pohon durian ini tumbuh
disamping kiri belakang dapur rumah tino kolang. Selain itu ada yang dinamakan
durian dangkal-durian yang isinya kecil dengan “daging”nya yang tipis pula.
Pohonnya tumbuh beberapa meter dibelakang rumahnya. Further more, ada juga
durian yang dinamakan durian laman. Durian ini dinamakan demikian karena
pohonnya yang tumbuh tepat di halaman depan rumahnya. Ada lagi yang dinamakan
durian lokuak, yaitu durian yang tumbuhnya di lereng depan rumahnya. Last but
not least, ada yang dinamakan durian Lokuak Sadia, yaitu durian yang tumbuh di
Lokuak sadia (semua orang Siberakun dan sekitarnya pasti tahu tempat yang
fenomenal ini).
Hampir semua durian yang dimiliki
Tino Kolang tumbuh dekat rumahnya. Tak jarang kadang beberapa cabang pohon
durian ini patah dan jatuh tepat diatap rumahnya akibat terpaan angin kuat.
Tak jauh beda dengan durian Tino
Kolang, durian Tino Umi pun diberi nama durian
lonjong karena bentuknya yang memang tidak bulat seperti durian biasa.
Durian ini buahnya besar dengan isi yang banyak pula. Selain itu, kelebihan
durian ini tampak pula pada “daging”nya yang tebal dengan biji yang kecil (baca
nabu/lundu.red) hehehehehe.
Api unggun
Sebagai tanda bahwa durian ada
yang menjaga, biasanya dibuat api unggun tak jauh dari pohon durian tersebut.
Disamping itu, konon menurut cerita, asap yang membubung ke buah durian
tersebut mampu mempercepat jatuhnya buah durian sehingga semakin cepat dan
banyaklah buah durian terkumpul.
Guguar tampuak ombun (jatuhlah
tampuk embun)
Istilah diatas bermakna bahwa
yang menjaga durian (tukang galangan.red) berharap durian banyak yang jatuh.
Konon bila diucapkan, buah durian akan banyak yang berjatuhan atau berguguran.
Memang terkadang secara kebetulan atau tidak, ada 2 atau 3 durian yang jatuh.
Namun dilain waktu, istilah tersebut juga tak mampu membuat durian berjatuhan.
Benar atau salah,wallahualam. Namun tidak ada salahnya juga dicoba karena ini
juga bisa bermakna do’a atau harapan durian berjatuhan.
Guguar tampuak bosi (jatuhlah
tampuk besi)
Bermakna terbalik dengan istilah
“guguar tampuak ombun”, istilah ini bermakna bahwa durian tidak akan ada yang
jatuh. Tak heran bila istilah ini diucapkan, sang penjaga durian akan marah or at least dia akan menyuruh diam.
Silahkan pembaca bayangkan,
bagaimana mungkin durian akan jatuh bila tampuknya terbuat dari besi. Istilah
ini secara tidak langsung merupakan do’a/ tidak menghendaki durian jatuh. Wajar
saja si penjaga durian marah karena mereka berfikir bahwa durian tidak akan
jatuh sementara mereka menghabiskan waktu hampir 12 jam-mulai dari pagi hingga
sore hari berharap durian banyak yang berjatuhan.
Begitulah kedua istilah tersebut
digunakan sepanjang musim buah durian berlangsung. Namun sekarang, istilah ini
mulai tak terdengar lagi karena pohon durian sudah mulai punah dimakan
kebutuhan dan zaman.
Tradisi Lontuang
Ada yang menarik saat musim
durian berlangsung. Biasanya ini menjadi ajang berkumpul, bermain dan bergurau.
Salah satu yang menarik untuk disimak adalah orang-orang iseng yang berusaha
“menipu” sipenjaga durian dengan cara melemparkan batu atau benda lain kearah
pohon durian kemudian suara gesekan batu diantara daun dan ranting akan
menyerupai suara durian yang sedang jatuh. Kemudian untuk memanipulasi suara
ketika sampai dipermukaan tanah, maka seseorang akan memukulkan pelepah kelapa
ketanah sehingga suara yang dihasilkan persis sama dengan durian jatuh. Ulah
orang iseng seperti ini disebut malontuang
(Kata Kerja) atau lontuang (kata
benda).
Kerja iseng seperti ini tak
jarang dilakukan dan menjadi bahan gurauan. Namun terkadang juga membuat si
penjaga durian menjadi kesal dan marah. Apalagi jika yang sedang berjaga adalah
orang-orang tua yang sensitive sehingga mereka pun terkadang mengeluarkan kata
kotor sebagai ekspresi kemarahan terhadap orang yang iseng tersebut.
Namun sangat disayangkan.
Terkadang kegiatan iseng “malontuang” ini disalahgunakan tidak sekedar untuk
bergurau tetapi lebih dari itu, juga digunakan untuk mengalihkan perhatian
sipenjaga durian kemudian orang yang iseng tersebut memiliki kesempatan untuk
mencuri durian yang sudah terkumpul.
Selesai.23.12 / 06-12-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar